Syekh Bela Belu merupakan nama dari putra Raja Brawijaya V yang bernama Raden Dhandhun setelah masuk Islam. Awal mulanya Raden Dhandhun beragama Budha namun karena kerajaan yang dipimpin ayahnya terjadi kemelut Raden Dhandhun kemudian mengasingkan diri hingga ke daerah Mancingan Parangtritis dan bertemu dengan Kyai Selohening yang juga masih merupakan kerabat dari Raja Brawijaya V. Setelah Kyai Selohening diislamkan oleh Syekh Maulana Maghribi maka Kyai Bela belu kemudian juga mengikuti ajaran Islam seperti halnya Kyai Selohening.
Kyai Bela Bleu sangat rajin dalam melakukan pertapaan, bahkan beliau biasa tidak tidur selama 3 sampai 4 hari lamanya, namun satu hal yang tidak bisa ia tinggalkan adalah tidak bisa menahan lapar. Sehingga sebentar bentar harus makan , beliau terbiasa makan tiga sampai empat kali dalam sehari dan kesukaannya berupa Nasi Ayam liwet yakni berupa nasi yang dimasak dengan santan kelapa yang didalamnya diberi potongan daging ayam.
Artikel Terkait : Pantai Baron
Untuk menurunkan nafsu makan Syekh Bela belu tersebut Kyai Selohening memberikan satu pekerjaan yakni untuk mencuci beras disungai Beji kurang lebih 5 km dari parangendog yakni tempat disebelah timur pantai Parangtritis. Hal tersebut membuahkan hasil sehingga syekh Bela belu akhirnya dapat meredam nafsu makan menjadi sehari sekali saja.
Makam Syekh Bela Belu sendiri ditetapkan oleh Sultan Hamengku Buwono IV, syekh bela belusaat itu pada tahun 1830 seorang yang menjabat sebagai demang Pemaosan yang masih merupakan keturunan Kyai Selohening yang berkali kali diberikan sebuah gambaran dimana sebuah cahaya yang turun amblas ke gunung banteng.
Lukas tersebut akhirnya diberi tanda dengan sebuah kayu dan kemudian meminta kepada Sultan Hamengku Buwono IV menggali lokasi dimana penglihatan cahaya jatuh tadi. Dan setelah diijinkan tempat tersebut digali dan ditemukan empat batu hitam yang mirip dengan makam yang berdampingan tanpa nisan Disebelah batu hitam tersebut juga ditemukan berupa batu hitam bergambar ilir atau semacam kipas dari anyaman bambu, dan iyan semacam tampah yang terbuat dari anyaman bambu. Iyan dan Ilir dikenal sebagai tempat untuk mendinginkan nasi.
Dari situlah diambil ketetapan bahwa tempat tersebut merupakan makam Syekh Bela belu sedangkan yang satunya merupakan makam adiknya yang juga ikut mengasingkan diri yakni Raden Dhandher atau lebih di kenal dengan nama syekh Gagang Aking atau Dami Aking. Yang kemudian oleh Sultan Hamengku Buwono IV tempat tersebut di buatkan cungkup dengan kayu jati dan bagian luarnya dilapisi dengan batu hitam.
Baca Juga : Sewa Elf Jogja dan Paket Wisata Jogja Terbaik
How To get There :
- Dengan Menggunakan kendaraan umum dari Yogyakarta dengan tujuan Parangtritis turun sebelum mencapai kawasan pantai dan diteruskan dengan jalan kaki menaiki tangga
- Dengan Kendaraan pribadi baik roda empat maupun roda dua
Tempat terdekat :
- Pantai Parangtritis, Pantai dengan Mitos Ratu Pantai Selatan
- Parang Wedang, Pemandian Air panas alami
- Pantai Parangkusumo, sebagai tempat labuhan dari keratonm Kasultanan Yogyakarta\
Incoming search terms:
- syekh bela belu
- syeh bela belu
- keturunan brawijaya 5
- Syech bela belu
- syekh belabelu
- keturunan brawijaya v
- makam brawijaya
- makam brawijaya 5
- sejarah syech bela belu
- Makam brawijaya v