Nama prajurit Dhaeng berasal dari bahasa makasar sebagai gelar bangsawan di Makasar, Sulawesi. Prajurit ini sebenarnya merupakan prajurit yang didatangkan dari Makasar yang pada jaman dulu untuk mengatasi permasalahan di Mataram. Dhaeng secara filosofi berarti prajurit elit yang gagah berani.
Menurut sejarah Prajurit Dhaeng awalnya didatangkan oleh Belanda guna memperkuat Pasukan Raden Mas Said. Namun belakangan justeru Raden Mas Said berselisih dengan Pangeran Mangkubumi yang awalnya sama sama untuk melawan Belanda. Sebagai puncaknya Raden Mas Said atau P. Mangkunegara I yang merupakan menantu Hamengku Buwono I (nama Pangeran Mangkubumi setelah dinobatkan menjadi Raja Yogyakarta) menceraikan isterinya yang tidak lain adalah puteri Hamengku Buwono I.
Pada saat akan memulangkan isterinya kepada orang tuanya ada kekhawatiran P. Mangkunegara bahwa Hamengku Buwono akan marah, maka untuk menjaga hal hal yang tidak baik maka mantan isteri P. Mangkunegara yang bernama Kanjeng Ratu Bendara tersebut diantar oleh pasukan pilihan yang dinamakan Prajurit Dhaeng.
Sesampainya di Keraton Yogyakarta tersebut para pasukan yang mengantar Kanjeng Ratu Bendara disambut dengan sangat baik oleh pihak Keraton Yogyakarta. Karena perlakuan tersebut akhirnya pasukan Dhaeng yang mengantar Kanjeng Ratu Bendara tersebut merasa terkesan dan memutuskan untuk tidak kembali ke Surakarta melainkan mengabdi kepada Hamengku Buwono I di Keraton Yogyakarta.
Prajurit Dhaeng mempunyai panji panji atau bendera yang dinamakan Bahningsari yang berbentuk persegi panjang dengan dasar warna putih, ditengahnya terdapat bintang segi delapan berwarna merah. Kata Bahningsari yang berasal dari kata sansekerta bahning yang berarti api dan sari yang berarti inti. Secara filosofi mengambarkan bahwa prajurit Dhaeng merupakan prajurit yang berani tak kenal menyerah seperti halnya inti api yang tak pernah kunjung padam.
Prajurit Dhaeng terdiri dari 4 perwira dengan pangkat panji, 8 bintara dengan pangkat sersan, 72 prajurit serta 1 pembawa duaja yang bernama Kanjeng Kyai Jatimulyo atau Doyok. Seragam Prajurit Dhaeng terdiri atas topi hitam pakai cundhuk, destar wulung, jas putih setrip merah, lonthong biru, kamus hitam, celana panjang setrip merah, kaos kaki hitam, sepatu fantopel.
Sedangkan persenjataan bedil, tombak dan keris. Untuk alat musik berupa tambur, seruling, pui pui, kecer, ketipung, dan bende. Sedangkan iringin musik menggunakan mares Kanoko untuk berjalan pelan dan digayakan sedangkan untuk berjalan cepat dengan mares Undhal-andil
Tempat tinggal para prajurit dhaeng saat ini dinamakan waktu itu saat ini menjadi nama kampung Dhaengan yang berada di sebelah barat daya keraton Yogyakarta.
Incoming search terms:
- nama prajurit keraton yogyakarta
- prajurit dhaeng
- prajurit keraton solo
- pasukan elit kraton jogja
- pasukan dhaeng di jogja
- nama prajurit keraton solo
- prajurit prajurit yang ada di kraton
- tentara elit belanda
- Prajurit gagah
- Prajurit kraton surakarta dan yogyakarta