Sendang Payungan, Petilasan Raden Sahid

Sendang Payungan

Sendang Payungan berada di dusun payungan kelurahan Triharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Nama sendang ini diambil dari nama tempat dusun tersebut yang konon karena ada seorang abdi dalem keraton Yogyakarta yang tinggal ditempat tersebut yang tugasnya membawakan payung untuk raja atau yang sering disebut dengan penongsong atau abdi pemayung. Dari dasar tersebut sehingga kemudian dusun tersebut diberi nama payungan.

keberadaan sendang itu sendiri merupakan buatan Raden Sahid yang bermaksud membantu warga sekitar yang saat itu dilanda kekeringan. Raden Sahid awalnya telah membuat satu sendang namun karena air yang dihasilkan sedikit maka kembali Raden Sahid yang nantinya bergelar Sunan Kalijaga tersebut mencari satu lokasi disekitar sendang yang pertama tadi. Sambil memanjatkan doa Raden Sahid akhirnya menancapkan tongkatnya kedalam tanah dan terbentuklah sendang yang debit airnya lebih banyak yakni disebelah selatan barat dari sendang yang pertama.

Artikel Terkait : Pantai Indrayanti, Menikmati Pantai dengan Konsep Penataan Modern

Sendang Payungan, Petilasan Raden Sahid

Saat ini Sendang payungan telah dibuat sedemikian rupa dengan batas tembok melingkar dengan diameter sekitar 6 meter dengan kedalaman kurang lebih 4 hingga 5 meter. Tidak jauh dari tempat ini sekitar 400 meter disisi utara timur berupa sumur tua atau sumur sepuh yang berada di salah satu pekarangan warga. Sumur tersebut diduga merupakan sendang yang pertama kali dibuat oleh Raden Sahid dengan debit air yang lebih sedikit.

Disendang payungan sendiri dibangun sebuah bangunan semacam cungkup yang digunakan sebagai sarana upacara bersih sendang yang diadakan 3 tahun sekali atau warga sekitar menyebutnya nyewu dino atau seribu hari. Bangunan ini berbentuk huruf L dengan ukuran 6 x 12m dan 6 x 10 m.

Bersih sendang yang dilakukan setiap seribu hari ini biasa dilakukan pada hari selasa Kliwon yang menurut hitungan jawa atau disebut neptu berjumlah sebelas yang dalam bahasa jawa disebut sewelas. Hal ini dimaksudkan sebagai permohonan kawelasan atau belas kasih dari yang maka kuasa agar diberikan kesehatan, keselamatan dan kemakmuran. Pada acara ini semua warga terutama anak-anak dan remaja saling menyiramkan air satu dengan yang lainnya, disini ada satu pantangan dimana orang yyang terkena cipratan air tidak boleh marah namun saling bekerja sama dan bergembira sebagai perwujudan saling mengasihi antar sesame atau welas tadi.

Pada tradisi ini beberapa yang disajikan sebagai sesaji adalah berupa Pisang sanggan, Tumpeng robyong, sekul suci atau nasi gurih, ulam sari atau ingkung ayam, aneka macam jenang/bubur, nsi kebuli, golong empat rakitan gangsal serta tumpeng jene atau tumpeng kuning

How to get there :

– Dari Yogyakarta menuju karah jl. Bantul hingga perempatan Palbapang belok kekanan atau kearah barat menuju jalan Srandakan brosot, sesampainya di depan SD. Jigudan ada jalan kampung disebelah barat SD tersebut ikuti jalan tersebut hingga kurang lebih satu kilometer maka anda akan menjumpai sendang tersebut.

– Angkutan umum yang bisa dipakai adalah menggunakan angkutan jurusan Srandakan turun di SD jigudan

– Dengan kendaraan pribadi baik roda empat maupun roda dua.

Baca Juga : Sewa Elf Jogja dan Paket Wisata Jogja Terbaik

Tempat terdekat :

Desa wisata Gilangharjo, Desa budaya dan seni tradisional
Sendang Ngembel, mitos dan legenda yang masih lekat di masyarakat

Hotel terdekat : Dusun Jogja Village Inn, Pramesthi Jogja

Incoming search terms:

  • sendang di yogyakarta
  • Raden sahid
  • info mata air di daerah bantul
  • mata air sendang jogja
  • sendang payungan bantul
  • sendang payungan
  • kisah raden sahid sunan kalijaga
  • sendang di kab bantul
  • Sendang kasih yogyakarta
  • sendang tua
Rate this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

×
New Order